Kopi Arabika merupakan sumber pendapatan utama bagi
masyarakat yang mendiami wilayah dataran tinggi Ngada di Pulau Flores bagian
tengah pada koordinat antara 120°05‟ BT – 121°03‟ BT dan 08°45‟ LS – 08°52‟ LS.
Dataran tinggi Ngadha merupakan kawasan pertemuan dua lereng gunug api, yaitu
Gunung Inerie dan Gunung Abulobo. Secara administratif kawasan tersebut merupakan
wilayah dua kecamatan, yaitu Kecamatan Bajawa dan Kecamatan Golewa, Kabupaten
Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di dataran tinggi Ngadha kopi ditanam pada
ketiggian antara 1.000 – 1.550 m d.p.l. pada tanah vulkanik jenis Andosol yang
subur. Suhu udara rata-rata 15 – 25 ºC dan pada saat-saat tertentu suhu udara
sangat dingin (< 10 ºC) karena pengaruh hembusan angin muson tenggara dari
benua Australia. Kawasan ini memiliki tipe iklim kering dengan curah hujan
rata-rata sekitar 2.500 mm per tahun dan terdapat 3 – 5 bulan kering yang tegas
pada bulan Juni – Oktober. Kondisi geografis tersebut sangat sesuai untuk
budidaya kopi Arabika. Masyarakat Ngadha, sering disebut orang Bajawa, telah
membudidayakan kopi Arabika secara turun temurun. Mereka bertanam kopi Arabika
di bawah pohon penaung, menggunakan pupuk organik, dan tanpa menggunakan
pestisida sintetik, serta petik selektif (hanya buah masak). Kopi Arabika hasil
olahan kelompok tani ternyata tergolong dalam mutu spesialti (specialty coffee)
karena citarasanya yang enak, khas, dan unik. Sebagian besar kopi Arabika dari
kawasan ini jika disangrai pada tingkat sedang (medium roasting) secara umum
memiliki komponen-komponen citarasa utama sebagai berikut: bau kopi bubuk
kering (fragrance) dan bau kopi seduhan (aroma) kuat bernuansa bau bunga
(floral), perisa (flavor) enak dan kuat, kekentalan (body) sedang sampai
kental, keasaman (acidity) sedang, serta kesan rasa manis (sweetness) kuat.
TOPOGRAFI
Kabupaten Ngada dengan ibukota Bajawa mempunyai wilayah bergunung di bagian tengah dan dataran rendah di bagian selatan. Pertanaman kopi ada di bagian tengah pada daerah gunung karena ekologinya sesuai, yaitu bercurah hujan lebih tinggi, posisi terhadap permukaan laut jauh lebih tinggi dari pada wilayah lain. Sentra kopi Arabika tersebar di kecamatan Bajawa dan kecamatan Golewa pada ketinggian lebih dari 1.000 m dpl. Kawasan pertanaman kopi Arabika di kabupaten Ngada merupakan daerah ketinggian dengan kondisi topografi yang bervariasi mulai datar, berombak hingga bergunung. Di kawasan ini terdapat lungur-lungur yang membentang arah utara-selatan dan pertanaman kopi terdapat pada lereng perbukitan.Variasi ketinggian antar desa sangat beragam, bahkan di dalam desa-desa tertentu perbedaan ketinggian antar kebun petani cukup mencolok.
Kabupaten Ngada dengan ibukota Bajawa mempunyai wilayah bergunung di bagian tengah dan dataran rendah di bagian selatan. Pertanaman kopi ada di bagian tengah pada daerah gunung karena ekologinya sesuai, yaitu bercurah hujan lebih tinggi, posisi terhadap permukaan laut jauh lebih tinggi dari pada wilayah lain. Sentra kopi Arabika tersebar di kecamatan Bajawa dan kecamatan Golewa pada ketinggian lebih dari 1.000 m dpl. Kawasan pertanaman kopi Arabika di kabupaten Ngada merupakan daerah ketinggian dengan kondisi topografi yang bervariasi mulai datar, berombak hingga bergunung. Di kawasan ini terdapat lungur-lungur yang membentang arah utara-selatan dan pertanaman kopi terdapat pada lereng perbukitan.Variasi ketinggian antar desa sangat beragam, bahkan di dalam desa-desa tertentu perbedaan ketinggian antar kebun petani cukup mencolok.
Untuk mendapatkan mutu citarasa yang maksimal dalam
pengolahan kopi secara basah perlu bahan baku berupa “buah masak (merah) yang
sehat dan segar” (BMSS) minimum 95 %.
Panen dilakukan pagi sampai siang hari secara manual, yaitu
pemetikan dengan tangan, dan selektif, yaitu hanya buah-buah masak sempurna
saja yang dipetik.
Pemetik kopi membawa dua wadah penampung kopi, yaitu satu
wadah untuk BMSS dan satu wadah lainnya untuk buah-buah lain (buah kering di
pohon, buah setengah kering, buah rontok almiah, dll.).
Untuk tanaman kopi yang tajuknya tinggi perlu disiapkan
tangga agak buah-buah dapat terpetik semuanya.
Sebelum dilakukan pemetikan di bawah tajuk kopi dihampar
plastik atau karung agar buah yang terjatuh saat petik tertahan di atasnya dan
pada akhir petik mudah mengumpulkannya.
Setelah panen harus dilakukan sortasi (pemisahan) lagi
terhadap buah-buah yang tidak tergolong BMSS dan ikut terpetik. Buah-buah
tersebut meliputi buah muda (hijau), buah kuning, buah setengah kering, dan
buah kering di pohon. Buah-buah ini boleh terikut dalam pengolahan basah, akan
tetapi jumlahnya maksimum 5 %.
BMSS yang sudah dipetik harus segera diolah dan tidak boleh
menyimpan atau memeram buah, karena pemeraman buah dapat menimbulkan cacat
citarasa yang disebut fermented (bau busuk menyengat).
Buah-buah hasil sortasi diolah kering dengan cara langsung
dijemur dan setelah kering digiling untuk menghasilkan kopi biji (kopi pasar).
Kopi hasil olah kering ini tidak tergolong dalam kopi Arabika ”Flores Bajawa”.
PROSES PENGOLAHAN PASCA PANEN
Pada derajat sangrai sedang (medium roast) kopi Arabika
Flores Bajawa menunjukan hasil olah basah kopi madu (decascado) menunjukkan
warna yang kurang homogen, dengan bau kopi bubuk bernuansa buah yang
dikeringkan (dryed fruits).
Hasil analisis cita rasa menunjukkan bahwa kopi Arabika
Flores Bajawa hasil “olah basah kopi madu” (decascado) secara umum memiliki
kekhasan fragrance dan aroma yang bagus dan intensitasnya kuat.
Secara ringkas profil cita rasa kopi Arabika Flores Bajawa
hasil olah basah kopi madu (decascado) adalah:
a) bebas dari cacat cita rasa (off-flavor) utama,
c) rasa asam bersih dengan intensitas sedang,
d) kekentalan cukup,
e) rasa pahit intensitasnya rendah sampai medium,
f) rasa pasca cicip enak dan cukup lama bertahan,
g) rasa manis (sweetness) kurang,
h) keseimbangan komponen-komponen cita rasa cukup.
Karakterisasi profil cita rasa utama kopi Flores Bajawa hasil masing-masing cara pengolahan sebagai tersebut pada Gambar berikut :
disarikan dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari berdiskusi...