Pertanian Organik, Alternatif Sikap dan Siasat *)
Batasan Pengertian Pertanian Organik (secara radikal) :
Pertanian yang di dalam semua proses dan kegiatannya (produksinya, pemanenan dan penanganan pasca panen) bebas dari :
1. Pestisida anorganik
2. Pupuk anorganik
3. Hormon (zat perangsang tubuh/ZPT)
4. Bahan pengawet anorganik
5. Hasil rekayasa genetik.
Sehingga di dalam pertanian organik menggunakan pestisida alami/organik (biopestisida), pupuk, ZPT dan bahan pengawet organik non sintestis ataupun kimiawi buatan.
Tetapi dalam pengertian yang lebih moderat, pertanian organik diartikan sebagai penggunaan bahan-bahan kimiawi yang seminimal mungkin.
I. DASAR PEMIKIRAN
Tuhan memberi keleluasaan manusia untuk mengelola bumi dan seisinya untuk sebesar-besarnya dimanfaatkan oleh manusia. Akan tetapi kita sebagai manusia juga dituntut oleh-Nya untuk dapat mempertanggung-jawabkan keleluasaan dalam memanfaatkan bumi dan seisinya tersebut.
Berawal dari pernyataan tersebut terdapat kenyataan bahwa perilaku manusia khususnya dalam bidang pengembangan pertanian modern telah mengakibatkan dampak-dampak yang sangat serius. Konsep dan prinsip-prinsip pertanian dalam sistim pertanian modern semakin tidak dapat dipertahankan lagi khususnya untuk tujuan produksi yang tinggi, tetap mengindahkan dengan ekosistem/linkungan dan berkelanjutan.
II. KOMPONEN PERTANIAN ORGANIK
Pestisida Alami/Organik (Biopestisida)
Sebenarnya di dalam pengendalian hama dan penyakit (PHT) terpadu di dalam budidaya pertanian tidak hanya menggunakan pestisida. PHT dalam pertanian organik lebih menekankan : cara pengendalian secara bercocok tanam, pengendalian dengan tanaman tahan, pengendalian hayati ataupun pengendalian secara fisik mekanik.
Adapun pengendalian kimiawi yang dalam hal ini adalah penggunaan pestisida kimiawi, di dalam pertanian organik digantikan oleh biopestisia. Biopestisida ini sebenarnya telah lama dikembangkan dan dikemas di dalam pabrik, dan dapat juga dibuat sendiri oleh petani.
A.1. Biopestisida yang dibuat di pabrik
Biopestisida pabrik ini dapat menggunakan bahan baku tanaman atau hasil dari tanaman yang bahan aktifnya dapat berupa : Piretrum, rotenone, ryania dan sabadilla, nikotin, azadirachin, Metil eugenol (ME), dll.
1. Piretrum
Diambil dari bunga Chrysanthemum sp, yang berasal dari Asia Tengah , Kenya , Ekuador, dll. Ada 5 senyawa aktif penyusun Piretrum yaitu piretrin I, piretrin II, sinerin I, sinerin II, dan jasmolin II. Piretrum ini biasanya digunakan untuk mengendalikan : serangga rumah tangga dan hama sayuran dan buah-buahan. Piretrum untuk hama sayuran dan buahan sangat menguntungkan karena residu (sisa) sangat cepat terurai sehingga sayur dan buah tersebut dapat lebih cepat dan aman untuk dikonsumsi. Sayangnya, piretrum ini sangat cepat terurai (rusak) apabila terkena sinar matahari (sinar ultraviolet/UV).
Di Indonesia juga ada, dikenal sebagai Chrisanthenum cinerariafolium atau Piretrum banyak terdapat di Indonesia . Tanaman ini dikenal dengan nama MARIGOLD, ASTER, SERUNI, atau KENIKIR. Jenis yang banyak di Indonesia adalah Chrissantemum sp yang banyak ditanam di daerah pedesaan dan tumbuh liar di padang rumput atau savanna atau ladang.
2. Rotenon
Diambil dari tanaman leguminose (kacang-kacangan) Derris sp (tuba atau jenu). Ada beberapa verietas tuba yaituDerris eliptica dan D. Malaccencis dari Indonesia dan Malaysia . Juga berasal dari Lonchocarpus utilis dari Amerika Selatan. Rotenone digunakan sebagai racun kontak dan perut tetapi pengaruhnya tidak pada sistem saraf. Seperti piretrum, rotenone juga sangat mudah berubah terutama oleh sinar matahari, oleh karena itu penyimpanan cairan/tepung tuba ini harus tertutup agar tidak terkena sinar matahari langsung dan udara bebas.
Cairan tuba diperoleh dengan cara merendam atau merebus batang dan akar pohon tersebut. Penggunaan tanaman tuba ini dapat juga dengan cara menumbuknya sampai halus, sehingga didapatkan tepung tuba.
Rotenone adalah racun yang berbahaya bagi binatang berdarah dingin (ikan, katak, belut, dll). Namun juga berbahaya bagi manusia, maka harus hati-hati dalam pemakaiannya.
Tepung tuba (derris) yang dijual di pasaran mengandung rotenone 4 – 5%. Tepung ini dicampur dengan kapur talk sampai kadar rotenonnya 5% agar aman digunakan.
3. Ryania dan Sabadilla
Ryania merupakan insektisida dari tanaman Ryana speciosa dari Trinidad , sedangkan Sabadilla berasal dari bijiSchoenocaulon offnale. Kedua bahan aktif organik ini jarang digunakan.
4. Nikotin
Nikotin didapatkan dengan cara merendam daun tembakau dalam air panas, kemudian hasil rendaman tersebut diletakkan di tempat yang panas selama 24 jam. Sesudah itu daun tembakau ini diperas sehingga diperoleh air tembakau yang kental.
Campuran nikotin sebanyak 2 – 3% akan menjadi pestisida bagi kutu-kutu daun yang mujarab. Hal yang perlu diingat adalah nikotin dengan kadar yang terlalu tinggi dapat merusak tanaman. Sehingga dapat juga membeli Lucifer Nikotin yang banyak dijual di toko-toko kimia. Lucifer Nikotin merupakan pestisida bagi berbagai macam hama . Penggunaannya ialah dengan kadar 0,1 – 0,2%. Penggunaan kedua pestisida ini jangan pada saat suhu udara tinggi karena dapat berbahaya bagi manusia.
5. Azadirachin
Diambil dari tanaman Mimba (Azadiracha sp). Ada 3 spesies Mimba yaitu A. Indica, A Siamensis, dan A Excelza. Spesies pertama ada di Asia termasuk Indonesia dan dua spesies lainnya terdapat di Thailand . Ada + 200 spesies yang peka terhadap Azadirachin. Biasanya produk olahan Mimba oleh pabrik sering disebut Neem yang dikemas dalam bentuk botol, sachet, dos, dsb.
6. Metil Eugenol
Bahan ini digunakan sebagai feromon (penarik serangga jantan) yang diambil dari minyak cengkeh.
A. 2. Biopestisida yang dibuat sendiri
Biopestisida ini dapat menggunakan bahan tanaman (lampiran 1)
1. Biopestisida yang terbuat dari tanaman penghasil piretrum
Kombinasi piretrum dan piperonil butoksida non-toksik ternyata menghasilkan bubuk yang sangat efektif untuk mencegah kerusakan hasil panen seperti gabah, gandum, jagung, barley, oat, oleh serangga.
Bubuk yang dicampur dengan gabah segera setelah pemanenan, dapat melindungi hasil panen dari kumbang penggerak, kumbang serangga pengebor gabah (grain borer), dan ulat tepung selama lebih dari 2 tahun. Pemakaian dalam skala besar maupun kecil dapat dilakukan dengan mudah dan aman. Ramuan ini kini dirancang oleh para peneliti dari Institut Riset Pertanian Kenya (Kenya Agricultural Research Institute atau KARI), untuk melindungi gudang tembakau dari kumbang kretek dan ngengat tembakau.
Institut Pertanian Organik Kenya (Kenya Institute of Organic Farming atau KIOF), LSM yang memperkenalkan pertanian organik sejak 1986, memberikan penyuluhan kepada petani mengenai persiapan dan penggunaan piretrum untuk mengendalikan serangga seperti Aphid, lalat putih, tungau laba-laba (spide-mite), dan hama tepung pada tanaman di Field Notes on Organic Farming dengan cara berikut :
Cara I :
1) Didihkan 500 gr bunga piretrum segar dalam 4 liter air untuk membuat suatu larutan jenuh atau “teh kental”. Biarkan larutan atau infus menjadi dingin sebelum disaring.
2) Larutkan campuran ini dengan air dalam jumlah sama (1:1).
3) Untuk membuatnya berbusa campurkan lerak atau 30 gr batang sabun. Busa dapat meningkatkan efektifitas piretrum, mempermudah masuknya campuran tersebut ke dalam tanaman.
4) Penggunaannya dengan cara penyemprotan.
Cara II :
1) + ½ kg bunga kering piretrum yang dibubukkan, dengan
2) ½ liter minyak wijen, dan
3) 3 liter minyak goreng.
Dapat digunakan untuk mengendalikan rayap dan kutu. Caranya yaitu dengan membuat lubang kecil di dua gundukan rayap, lalu memberikan campuran tersebut pada lubang kecil tersebut setiap hari selama seminggu. Biasanya setelah seminggu kemudian rayap akan menghilang dengan sendirinya.
Cara III :
Campurkan tumbukan piretrum dengan sedikit susu (seperti salep) jika dipoleskan di bawah ekor, kaki, dan samping kuping sapi atau hewan ternak lainnya dapat melindungi dari serangan kutu.
1. Biopestisida yang terbuat dari Mimba
a. Ekstrasi biji Mimba (biji Mimba yang berwarna cerah dengan panjang 1,5 cm).
- Siapkan dikeluarkan dari buah secepat mungkin, biji kemudian dikeringkan di bawah terik matahari selama beberapa hari sehingga terhindar dari jamur (Mimba mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun).
- Untuk membuat 10 liter larutan ekstraksi, siapkan ½ kg biji. Biji digiling/ditumbuk hingga halus, kemudian direndam dalam 10 liter air selama minimal 5 hari. Perendaman akan lebih baik jika dilakukan selama sehari semalam.
- Larutan Mimba tersebut dapat langsung digunakan. Bila diaplikasikan secara semprot, harus disaring lebih dahulu agar tidak menyumbat nozel. Jika digunakan tanpa semprotkan, dapat juga dengan menggunakan kuas atau sapu jerami ke tanaman sehingga basah.
- Pengaruh zat azadirachtin pada tanaman akan berakhir dalam tempo 3 – 6 hari. Oleh karena tanaman sudah bisa dipanen 5 hari setelah penyemprotan. Frekuensi perlakuan pemberian larutan Mimba tergantung populasi hamanya. Pada sayuran, frekuensinya bisa seminggu sekali. Bila populasi hanyanya hanya sedikit aplikasi hanya dilakukan 10 – 14 hari sekali.
b. Minya Mimba
- Minyak Mimba ini terutama digunakan untuk hama gudang. Minyak ini didapatkan dengan cara memeras hancuran biji Mimba. Dari 1 kg biji hanya diperoleh 3 ml minyak. Untuk mengendalikan kumbang yang merusak biji-bijian dalam gudang.
- Caranya, campurkan 30 ml minyak Mimba dengan 100 kg biji. Minyak Mimba tidak beracun, tetapi rasanya sangat pahit. Untuk menghilangkan rasa pahit pada biji, biji-bijian dikonsumsi setelah 3 – 4 minggu. Khaisat minyak ini dapat bertahan selama 6 minggu.
c. Daun Mimba
- Juga dapat digunakan sebagai biopestisida hama gudang. Di India, orang biasa menyebarkan daun mamba diantara hasil panen atau melapiskan daun-daun diantara hasil panen atau melapiskan pada guna penyimpanan. Serangan hama gudang ini biasa dihalangi selama 36 bulan.
d. Bungkil biji mimba
- Bungkil berwarna kecoklatan ini masih menyisakan zat aktif yang dapat menahan serangga tanah dan nematode ( hama cacing-cacingan). Dapat juga digunakan sebagai penyubur tanah.
Jenis Hama
|
Mekanisme Pengendalian
|
Ordo Orthoptera
Misal belalang
|
Mencegah makan/antifeeding
|
Ordo Homoptera
Misal Aphis/kutu penghisap, wereng hijau (Nephotetix virescens), kutu putih, kutu loncat, dan kepik.
|
Mencegah makan atau ganti kulit
|
Ordo Coleoptera
Semua kumbang
|
Tidak mau makan, pertumbuhan terganggu dan akhirnya mati
|
Ordo Lepidoptera
Misal larva ulat grayak (Spodoptera sp), ulat krop (Crocidolomia binotalis), ulat kubis (Plutella xylostella), penggerak batang dan penggerak daun
|
Tidak mau makan, pertumbuhan terganggun dan akhirnya mati
|
Ordo Diptera
Misal lalat buah
|
-
|
Ordo Himenoptera
Milal penggerak batang padi
|
Berpengaruh pada perilaku makan dan mengganggu pertumbuhan
|
Biofungisida untuk Cabang dan Kacang Merah
(Biasa dibuat oleh petani di Desa Penanjung, Kec. Pakenjeng, Kab. Garut)
Fungisida (obat pengendali jamur) ini terbuat dari :
- 1 bagian daun suren - 1/5 bagian tembakau
- 1 bagian daun angrum - 1/5 bagian cabai rawit
- 1 bagian daun dayang - 1/5 bagian bawang merah
Semua bahan tersebut digiling halus. Hasil gilingan tersebut dicampur dengan air 1/10 bagian air lalu disaring. Larutan ini disebut larutan induk.
Selanjutnya untuk aplikasinya, 1 ml diencerkan dengan 250 ml (1/4 l) air. Sehingga untuk sprayer yang kapasitasnya 14 liter memerlukan sekitar 56 ml larutan induk.
Penyemprotan dilakukan 3 – 5 hari sekali bila tingkat serangan sudah parah dan hanya 15 hari sekali untuk pencegahan.
Biopestisida buatan kelompok tani Murbaning Tani Rahayu dari Desa Tlompakan, Tuntang, Semarang
Bahan :
- Daun johar (jowar), daun mindi, daun ketepeng-kebo, daun sampang, daun kelor, dan daun awar-awar.
- gadung, akar tuba/jenu
- Kunir
- Garam grosok, kapur, belerang
- Kotoran sapi/pupuk kandang
Cara pembuatan :
- Daun dimasukkan ke dalam drum, dicampur dengan gadung, akar tuba yang telah ditumbuk, garam grosok, kapur dan belerang, kotoran sapi. Semua campuran direndam dalam air sampai membusuk.
- Kunir diparut, direndam dalam air tersendiri.
- Air busukan daun-daunan dan air rendaman kunir juga disaring.
- Campurkan kedua larutan dengan perbandingan air kunyit dan air dedaunan 1 : 2.
- Campuran larutan air kunir dan air busukan daun tersebut diambil satu kaleng kemudian ditambahkan 5 kaleng air, disaring dan dimasukkan ke dalam sprayer.
Khasiat :
1. Mengendalikan walangsangit, kutu ( hama budug) yang menyerang kacang panjang.
2. Mengendalikan ulat yang menyerang sayuran.
3. Jika disiramkan pada lahan sawah (sawah dikeringkan dahulu) dapat menghalau tikus.
4. Untuk mengobati penyakit pisang (bubuk pisang) dengan menyiramkan pada bonggol/umbinya.
5. Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk sayuran.
Biopestisida buatan kelompok tani Ngudi Lestari, Turusan, Pendoworedjo, Girimulyo, Kulonprogo
Bahan :
- 2 kg daun mindi - 2 kg daun kenikir londo
- 2 kg mahoni - 2 kg daun pocung
- 2 kg legundi - 2 kg daun rondo noleh
- 3 kg gadung - 3 kg daun koro pahit
- 2 kg cacahan daun ehing - 2 kg daun orok-orok
- 2 kg daun bangle - 2 kg daun klereside
- 2 kg daun ketepeng-kerbau - 5 kg lamtoro gung
- 5 kg kotoran sapi - 2 kg gamping
Cara pembuatan :
Semua bahan dimasukkan ke dalam karung, kotoran sapi dalam karung tersendiri dan diikat agar tidak tercecer. Kemudian direndam dalam drum berisi ½ nya tutuplah dengan plastik. Setelah 15 hari siap untuk dipakai.
Khasiat :
Untuk insektisida pada tanaman sayuran, pada tanaman padi : mengendalikan walangsangit, wereng, burung, dll. Dapat juga digunakan sebagai pupuk alami.
Kapur Mati
Campuran 20% kapur mati dengan air dapat dipakai sebagai pestisida berbagai macam serangga hama .
Abu tanaman (+ 60 unsur berguna, kandungan yang terbanyak adalah kalium)
Kegunaannya :
1. Mengendalikan : hama semu dan rayap
Cara : Taburkan abu tanaman di sekitar pangkal tanaman dengan tebal 3 cm.
2. Mengendalikan : hama ulat, kepik dan sekaligus sebagai penambah unsur mikro
Cara :
- - Sendok makan abu dilarutkan dalam 1 liter air, saring dan semprotkan ke seluruh bagian tanaman.
- - Sebaiknya ditambah air seni (ternak/manusia) + 5 sendok makan.
Campuran cabai dan bawang putih
1. Larutan cabai
Sebenarnya cabai saja (tanpa bawang putih telah dapat digunakan sebagai insektisida, caranya yaitu dengan menumbuk 1 kg cabai ke dalam 1 liter air panas. Setelah itu diaduk dan didiamkan sampai dingin.
2. Campuran cabai dan bawang putih
Segenggam air bawang putih dan segenggam abai ditumbuk sampai halus, kemudian dilarutkan dengan 1 liter air. Larutan ini dapat digunakan untuk mengendalikan serangga pengunyah seperti : belalang, ulat, dsb. Selang waktu penyemprotan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Larutan air seni
Air seni yang telah diencerkan dengan air dalam perbandingan 1 bagian air seni dibanding 10 sampai 15 bagian air. Penyemprotan ini digunakan untuk pencegahan segala macam hama dan penyakit, yang dilakukan dalam 10 – 15 hari sekali (atau tergantung kebutuhan).
4. Biji klerak/lerak
Cara : 3 – 6 biji lerak dihancurkan dan direndam dalam 1 liter air.
Fungsi : untuk ulat sayuran, semut, kumbang kelapa, dan ulat padi. Jumlah klerak dapat ditambah.
5. Daun randu/mlowo
Cara : 1 kg daun randu + 7 liter air, titumbuk halus, dicampur, disaring (disemprotkan). Apabila terlalu kental dapat ditambahkan air.
Fungsi : Untuk ulat sayuran (sawi dan kobis).
A.3. Insektisida dari tembakau
Tanaman tembakau yang masih muda kadar nikotinnya lebih banyak di bagian akarnya, sedang untuk tanaman yang cukup tua pada bagian daun yang telah tua.
a. Insektisida dari daun tembakau
Insektisida tembakau ini biasanya digunakan untuk mengendalikan ulat, belalang, dan kepik.
Cara pembuatan :
Daun tembakau yang cukup tua sebanyak 5 – 6 lembar direndam dalam 1 liter air panas (tidak dianjurkan yang sudah rajangan). Kemudian didiamkan selama beberapa malam, disaring dan siap disemprotkan. Dapat juga ditambahkan 5 butir lerak.
Penggunaan :
Larutan tembakau 3 – 6 sendok makan dilarutkan dalam 1 liter air dan disemprotkan ke seluruh bagian tanaman. Digunakan untuk mengendalikan walangsangit yang belum dewasa, ulat sayuran, dan semut.
b. Insektisida puntung rokok
Caranya, 10 butir puntung rokok (kalau bisa tanpa gabus) direndam dalam 1 liter air panas. Diamkan selama beberapa malam, kemudian disaring. Penyemprotan diarahkan ke bagian bawah daun tanaman.
Insektisida ubi gadung
Cara pembuatan :
Ubi gadung 1 kg dan labu siam 1 kg diparut, dicampur, diperas dan disaring.
Penggunaan :
Ekstrak sebanyak 3 – 6 sendok makan dilarutkan dalam 1 liter air dan disemprotkan ke seluruh bagian tanaman.
Selain itu beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman :
1. Walangsangit
Bangkai bekicot yang ditaruh di atas sabut kelapa, atau bangkai hewan yang lain seperti kepiting sawah yang dibusukkan dapat digunakan untuk mengendalikan walangsangit karena pada prinsipnya walangsangit menyukai bau-bauan yang busuk dan sebaliknya sangat tidak menyukai bau-bauan yang harum.
2. Walang uthes
- Menggunakan jaring perangkap yang dipasang pagi dan sore, atau
- Sapu lidi yang disabetkan di atas persemaian
3. Ulat daun (sawi dan sayuran dataran tinggi)
4. Daun tembakau (Ulat daun pada kol/kubis (Plutela xylotela)
5. Kulit kina (Penggerek batang padi (menyenangi cahaya terang)
6. Abu dapur dan petromaks/lampu perangkap ( Wereng coklat - Dengan larangan untuk menangkap katak hijau yang ternyata merupakan musuh alami wereng coklat (anjuran Bupati Cilacap Herry Tabri Karta untuk petani Kriya dalam Kompas, 11/3/1998 ).
A.4. Pupuk Organik + Biopestisida
a. Jenis 1
Bahan :
Kunyit/kunit
Daun kacang babi/orok-orok/ketepeng
Daun surian/suren
Telur (ayam, bebek, angsa, dll)
Labu siam
Kebutuhan semua bahan adalah 1 kg, kecuali labu siam yaitu 5 kg.
Cara pembuatan :
Semua bahan dicuci bersih, labu siam diparut, kunyit, daun surian, daun kacang babi ditumbuk halus. Hasilnya dicampur dengan parutan labu siam . Campuran bahan tersebut dilumatkan, diperas dan disaring.
Hasil saringan dicampur dengan telur yang dikocok sampai berbuaih, kemudian diaduk merata. Ekstrak siap digunakan atau dapat juga disimpan (untuk jangka waktu yang lama) terlebih dahulu.
Penyimpanan :
Dalam botol atau tempat lain yang tertutup rapat dan terlindung dari sinar matahari
Cara penggunaan :
- Penggunaannya diencerkan dengan perbandingan 1 bagian ekstrak : 40 – 60 bagian air.
- Untuk pencegahan sebelum ada gejala serangan disemprotkan 10 – 15 hari sekali.
- Jika sudah terjadi gejala serangan Frekuensi dapat ditingkatkan menjadi 5 – 7 hari sekali. Semprotkan sebaiknya diarahkan ke permukaan daun bagian bawah (untuk pupuk daun).
Catatan :
- Kunyit : sebagai fungisida/bakterisida
- Daun surian dan labu siam : sebagai insektisida
- Daun kacang babi : sebagai insektisida dan pupuk nitrogen
- Telur : sebagai perekat dan pupuk
b. Jenis 2
Ki Pahit atau pahitan (sunda) atau burbo (jawa) adalah tumbuhan semak/perdu liar yang berbunga kuning sangat mencolok dan berdaun jari.
Cara pembuatan :
Daun pahatan setengah tua sebanyak 1 genggam setelah dicuci bersih, direndam dalam 1 liter air panas. Kemudian, didiamkan selama beberapa malam. Setelah itu larutan siap disemprotkan ke seluruh bagian tanaman, terutama ke bagian bawah daun tanaman.
Air kencing/urine hewan ternak/manusia untuk pupuk dan pestisida, pengendali penyakit keriting tanaman lombok
Cara pembuatan :
- untuk tanaman muda
1 : 20 (1 liter urine diencerkan dalam 20 liter air)
- untuk tanaman tua
1 : 15 (1 liter urine diencerkan dalam 15 liter air)
Penggunaan : disemprotkan pada bagian tanaman.
III. PUPUK ORGANIK
Pupuk organik yang dimaksudkan adalah pupuk yang berasal/terbuat dari bahan organik (sisa tumbuhan, hewan dan manusia). Pupuk ini dapat berupa pupuk hijau termasuk mulsa/muching hijauan, pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk abu tanaman, pupuk tepung tulang, pupuk ampas tebu (blotong), dll.
1. Pupuk kompos
Kompos merupakan hasil pembusukan kotoran ternak dan sampah tanaman.
Cara pembuatan :
1) Buatlah lubang tanah dengan ukuran panjang x lebar x dalam = 3 x 1 x 1 m.
2) Tatalah ranting kayu, batang ataupun tongkol jagung di bagian dasar lubang itu dengan ketebalan + 10 cm, untuk menjaga sirkulasi udara.
3) Di atas lapisan itu susunlah sisa-sisa tanaman dan rumput yang mudah membusuk dengan ketebalan + 20 cm.
4) Di atasnya berilah kotoran ternak kering yang sudah dicampur dengan tanah hingga merata (ketebalannya 2 – 5 cm). Untuk membantu proses pembusukan siramlah dengan air seni ternak atau air tawar dengan jalan memercukkannya.
5) Di atas lapisan itu susunlah berturut-turut seperti petunjuk nomor 2 – 4. buatlah susunan tersebut sampai penuh mendekati lubang galian.
6) Sesudah lengkap susunannya dan sudah diperciki air seperlunya jangan sampai becek, tambahkan abu tanaman kira-kira setebal 5 – 10 cm yang dimaksudkan untuk mengurangi peningkatan kemasaman selama proses pembuatan kompos, karena keadaan yang masam akan memperlambat pembentukan kompos.
7) Tutuplah bagian atas lubang dengan daun pisang atau anyaman bambu, biarkan selama 15 hari.
8) Sesudah 15 hari periksalah apakah proses pembuatan kompos berhasil. Cara sederhana yang digunakan adalah dengan memakai tangkai kayu kering dan halus. Tusukkan kayu ke dalam lubang pembuatan kompos selama 10 menit. Jika kayu menjadi lembab dan menjadi hangat/panas berarti proses pengkomposannya baik. Satu minggu kemudian, periksalah suhu kompos (dengan cara yang sama), bila suhunya tidak menunjukkan peningkatan berarti proses harus diulang lagi.
9) Jika sudah diperiksa, dan pembuatan kompos tersebut berhasil dengan baik, aduklah bahan kompos tersebut agar bercampur merata. Ulangilah proses pemcampuran itu 1 – 2 minggu sesudahnya.
Cara pengguaan kompos :
10) Kompos sudah siap dipakai pada akhir waktu pembuatan yang dinyatakan di atas. Waktu yang paling tepat untuk menggunakan kompos adalah pada awal musim penghujan musim kemarau rata-rata kompos untuk menyuburkan tanah liat seluas 10 m2 sebanyak 2 karung, dengan berat tiap karung + 50 kg. untuk tanah berpasir cuku 1 karung saja.
11) Tebarkan kompos tersebut sampai merata di permukaan tanah kemudian gunakan cangkul untuk mencampurnya dengan tanah yang akan ditanami.
2. Pupuk kandang cair
Bahan :
1) Sebuah karung bekas berukuran 50 kg
2) Kotoran ternak/hewan yang masih baru
3) Beberapa batu pemberat
4) Tempat air dari tanah galian yang dilapisi plastik, atau drum (bekas tempat teer)
5) Air.
Cara pembuatan :
- silah karung dengan kotoran hewan/ternak sampai ¾ tingginya, dan ujungnya diikat.
- Masukkan karung tersebut ke dalam lubang atau drum dan isilah dengan air dengan perbandingan 2 liter air untuk 1 kg kotoran. Dengan demikian akan dihasilkan + 100 liter pupuk cair. Letakkan batu pemberat untuk menenggelamkan karung tersebut. Tutuplah lubangnya.
- Sesudah 3 minggu keluarkan karung tersebut dari lubang drum.
3. Pupuk ikan
Cara pembuatan :
- Ikan mujaher atau ikan tawar lainnya yang besar direbus/ditim (tanpa air) dalam panci. Kedalamnya dibubuhi 5 sendok makan getah pepaya (untuk mempercepat pelunakan). Panci tersebut dimasukkan ke dalam panci lain berisi air dan dipanaskan (sekitar 4 jam), hingga tulang ikan menjadi lunak.
- Bubur ikan dilumatkan, disaring, dan didinginkan. Ekstrak/hasil saraingan siap digunakan.
Dalam 1 liter air berilah 2 – 3 sendok makan ekstrak.
Anjuran penggunaan :
Frekuensi penyemprotan 15 hari sekali.
4. Pupuk cair dan air seni hewan ternak atau manusia
Air seni/urine mengandung Ureum/Nitrogen yang dapat digunakan sebagai pupuk. Caranya yaitu dengan menyeramkan/menyemprotkan air seni yang telah diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air seni : 20 bagian air) larutan.
IV. HORMON/ZAT PERANGSANG TUMBUH (ZPT)
1. Air seni ternak
Dapat digunakan air seni ternak yang telah diencerkan dengan air bersih sehingga kadarnya menjadi + 5% (1 liter air seni : 20 liter air untuk tanaman dewasa dan 1 : 15 untuk tanaman muda), yang dapat digunakan untuk perangsang akar pada stek tanaman karena air seni/urine mengandung hormon auksin. Caranya, bahan stek tanaman dicelupkan ke dalam larutan air seni selama beberapa menit, atau bagian keratan cangkokan diolesi dengan larutan air seni tersebut.
2. Bawang merah
Dapat digunakan sebagai perangsang akar dengan cara : bawang merah diparut kemudian dipoleskan pada bagian stek ataupun pada keratan stek.
V. BAHAN PENGAWET
Bahan pengawet organik atas produk pertanian juga merupakan komponen pertanian organik.
Abu tanaman sebagai pengawet benih
Penggunaannya memberi alas tempat penyimpan benih dengan ketinggian ¼ dari tempat penyimpan benihnya (secara sederhana jika menggunakan potongan bambu, maka bagian bawahnya potongan bambu tersebut diberi abu setinggi ¼ tinggi potongan bambunya).
Kulit akasia dan ekstrak daun jambu biji sebagai pengawet telur
Kulit akasia : telur menjadi tahan sampai 4 bulan pada suhu 50C;
Ekstrak daun jambu biji : telur tahan sampai 1 bulan.
Tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan bio-pestisida
1. Daun suren (Cendrela sureni)
2. Daun angrum (Trema orientalis)
3. Daun tembakau (Nicotiana tabacum sp)
4. Daun dayang
5. Cabai rawit
6. Bawang merah
7. Mimba
8. Kunir
9. Bawang putih
10. Mindi
11. Mahoni
12. Jarak pagar
13. Biji srikaya
14. Daun johar (jowar)
15. Daun sampang
16. Daun kelor
17. Daun awar-awar
18. Gadung
19. Tuba (batang/akarnya)
20. Daun randu
21. Daun kacang babi/ketepeng kerbau
22. Daun legundi
23. Ehing
24. Bengle
25. Pocung
26. Rondo noleh
27. Koro pahit
28. Klereside
29. Orok-orok
30. Lamtoro gung
31. Daun cengkeh
32. Labu siam
33. Biji kina
34. Poko/Po’o/mint (Mentha arvenis)
35. Pahitan/Ki pahit/burbo (Thitonia diversifolia DC)
36. Klerak/lerak
37. Kenikir (sebagai nematisida/pestisida untuk cacing merugikan)
38. Sintrong (Gynura aurantica), mengendalikan kutu daun/oteng-oteng.
39. Daun sambiloto
40. Akar alang-alang
41. Rumput babandotan/wedusan (mengandung antijuvenile hormon yang berpotensi mengendalikan hama gudang gandum, wijen, jagung, kopra, dan pala)
42. Air kapur
43. Abu tanaman, dll.
Selain itu, tanaman yang mengeluarkan bau menyengat seperti kenikir, seledri, kemangi, bawang prei, bawang putih, dll dapat digunakan sebagai tanaman pengusir hama . Caranya ialah dengan menanam tanaman tersebut diantara tanaman pokok dengan jarak tanam tertentu agar tidak merugikan.
*) Dinukil dari berbabagai simber