Jumat, 08 Agustus 2014

Tulisan (1) Siapa Bilang Rokok Berbahaya?

Siapa Bilang Rokok Berbahaya?
-Tsaqiva Kinasih Gusti-
(Pelajar kelas VI, SDIT Yaummi Fatimah – Kudus / Th 2014)

Kata Pengantar
Kebanyakan dokter akan berfikiran aneh ketika mendengar adanya rokok sehat, bahkan rokok tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Mungkin Anda juga berfikiran sama. Padahal kita juga tahu bahwa terdapat peringatan di tiap bungkus rokok yang tertulis: MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN. Namun, sekarang peringatan itu telah diganti menjadi kata yang lebih singkat dan tajam: MEROKOK MEMBUNUHMU.
Kita dapat memahami dari peringatan itu bahwa pemerintah memang tegas melarang. Pemerintah melakukan itu untuk menjaga kesehatan masyarakat. Dan kita juga paham, peringatan itu dibuat tidak main-main. Maka itu, semakin mustahil-lah ketika kita mendengar adanya rokok sehat.
Namun kita ketahui, IPA bukanlah ilmu pasti. Semakin hari, teknologi semakin maju, dan pasti ada penemuan-penemuan baru. Termasuk juga jalan pengobatan, pasti juga akan berubah.
Maka itu, suatu hari dua orang bernama Prof. Sutiman dan Dr. Gretha berusaha mencari ‘sesuatu’ yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Kedua penemu itu menerapkannya pada sebatang rokok yang dinamai ‘Rokok Divine Kretek’.
Pada tahun 2006, datanglah seorang dokter ke terapi balur. Terapi balur adalah terapi pengobatan yang menggunakan Rokok Divine Kretek. Beliau bernama Dr. Subagjo. Dokter ini terkena penyakit kanker kelenjar getah bening. Kanker memang bisa mengenai siapa saja, tidak peduli apakah itu orang miskin, orang kaya, pejabat, guru-guru, karyawan, semuanya bisa terkena penyakit kanker.
Awalnya, Dr. Subagjo sangat ragu saat akan memulai terapi balur yang menggunakan rokok ini, karena sebagai dokter, dia tahu bahwa rokok itu tidak baik untuk kesehatan. Namun, tak ada pilihan lain. Sebelumnya beliau sudah menjalani kemoterapi, dan hasilnya malah tambah parah.
Setelah Dr. Subagjo menjalani terapi balur, benjolan di bawah rahangnya sudah menghilang. Beliau juga semakin membaik, dan akhirnya sembuh.
Mungkin Anda bertanya, ‘bagaimana rokok ini bisa menyehatkan? Bukannya rokok itu tidak sehat?’. Maka itu, saya menulis artikel ini. Di dalam artikel ini, saya menjelaskan, mengapa bisa rokok buatan Prof. Sutiman dan Dr. Gretha ini dapat menyembuhkan penyakit.
Saya juga menjelaskan, bahwa rokok itu tidak patut dimusuhi. Justru kita harus bangga dengan rokok buatan Indonesia ini. Dapat kita ketahui, bahwa Eropa menjajah kita karena Indonesia kaya akan penghasilan rempah-rempah, termasuk rokok.
Atas pembuatan artikel singkat ini, ucapan terimakasih saya tuturkan pada: Ayah dan ibu saya, yang telah menyemangati saya dalam membuat artikel ini. Karena mereka, Alhamdulillah artikel ini selesai. Kemudian kepada para pembalur-pembalur yang sudah memberi saya ilmu tentang kesehatan, dan juga untuk Pak Yohanes Keceng, Pak Dokter Toni serta Dokter Vernita. Saya tuturkan juga terimakasih untuk Dr. Gretha dan Prof. Sutiman, tim-tim yang bergerak dalam bidang rokok dan teman-teman saya yang mengkonsumsi rokok.
Dan yang terakhir, untuk para pembaca serta para perokok. Saya menghargai para perokok karena mereka telah menunjukkan cinta dan kesetiaan mereka pada Indonesia.
Saya berharap, setelah Anda membaca artikel ini, rokok tidak lagi dimusuhi, dan rokok sehat itu tidak akan terdengar aneh di telinga Anda.
Saya rasa kata pengantar ini cukup sampai di sini. Selamat membaca!!
SEMANGAT INDONESIA!!!
Penulis,

Tsaqiva Kinasih Gusti
Jum’at, 13 Juni 2014

Pembukaan : Apa Itu Rokok?...
Apa itu rokok? Rokok adalah sebuah gulungan kertas berisi daun tembakau dan cengkeh yang telah diolah. Orang-orang sering mengkonsumsinya, pertama-tama mereka membakar ujung rokok sambil menghisapnya sampai menyala. Kemudian mereka menghisapnya, sampai habis.
Mengapa ada rokok? Rokok adalah penemuan seorang dari Kudus bernama Haji Djamhari. Ceritanya, Haji Djamhari terkena penyakit bengek. Kemudian, beliau mengoleskan minyak cengkeh sebagai langkah pengobatan.
Setelah Haji Djamhari mengoleskan minyak cengkeh, penyakit bengeknya mulai membaik. Kemudian Haji Djamhari berfikir, bagaimana cara memakai obat ini dengan lebih mudah? Akhirnya beliau memotong cengkeh menjadi bagian kecil-kecil dan dicampurnya dengan racikan tembakau.
Setelah itu, dimasukkan di daun jagung, digulung, diikat, dibakar dan dihisap. Setelah kejadian itu, Haji Djamhari memberitahu kepada orang-orang tentang penemuannya. Rokok ini dinamakan rokok kretek. Mengapa?
Saat dibakar dan dihisap, rokok kretek ini akan berbunyi kretek... kretek... kretek..... maka itu dinamai rokok kretek.
Ada seluk-beluk pengolahan cengkeh. Ada 3 cara, yaitu panen, patah dan penjemuran.
1.    PANEN
Para petani akan memetik cengkeh (bagugur) dengan memutus gagang tepat di bagian terakhir daun.
2.    PATAH
Pemetik cengkeh maupun keluarga petani akan berkumpul dalam satu lingkaran untuk patah cengkeh (bapata). Segera setelah proses panen dilakukan, maka sore harinya berlangsung patah cengkeh. Jika terlalu lama ditimbun membuat cengkeh dan gagang sulit dipisahkan.
3.    PENJEMURAN
Kuncup cengkeh dijemur (bajemur) di bawah terik matahari, sampai berwarna merah kecokelat-cokelatan. Proses ini memerlukan waktu sekitar empat hari. Bila panen datang saat musim hujan, cengkeh perlu perawatan ekstra supaya tak rusak diserang jamur. Para petani menyiasatinya dengan menutup cengkeh yang sedang di jemur dengan plastik atau mengeringkannya dengan cara pengasapan.
(Dikutip dari Buku KRETEK KEMANDIRIAN dan KEDAULATAN BANGSA INDONESIA, hal. 57).
Sampai sekarang, rokok masih dihisap di berbagai penjuru dunia. Tapi, pemerintah melarang untuk merokok. Mereka berkata, rokok berbahaya. Apa yang membuat rokok berbahaya? Apakah benar rokok berbahaya? Adakah rokok sehat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit? Dan berbagai pertanyaan lainnya, semuanya terangkum di artikel ini.
Rokok
Engkaulah warisan tanah air
Yang dibiarkan dan diabaikan
Dirimu yang kecil menyimpan banyak kisah
Yang orang lain tak mengetahui
Engkau bagaikan perisai
Yang menjaga kelestarian bangsa
Tanpa dirimu, apalah arti Indonesia


Chaos Teory, the Butterfly Effect
Pernah membaca buku berjudul The Power of Hijaber Cantik dan Sehat dengan Berhijab, karya Tauhid Nur Azhar? Di dalamnya terdapat paragraf yang berisi tentang Chaos Teory, The Butterfly Effect. Teori ini diperkenalkan oleh James Gleick.
Teori ini berbunyi, “seekor kupu-kupu yang hari ini mengepakkan udara dengan sayapnya di Beijing dapat menyebabkan badai tornado di New York tahun depan.” Apa artinya? Artinya, sekecil apapun tindakan kita sekarang pasti akan berdampak besar di kemudian hari.
Sebelumnya, kita pahami dulu, apa itu diskriminasi rokok. Rokok adalah benda yang terlihat ‘diacuhkan’ dan ‘dinomorduakan’. Rokok telah diakui berbahaya dan bahkan dapat membunuh. Namun, mengapa hanya rokok yang diakui berbahaya?
Padahal, juga ada benda lain yang lebih berbahaya, contohnya makanan-makanan berlemak tinggi atau bisa disebut junk food. Junk food dapat menyebabkan kanker serta obesitas, dan sangat tidak baik jika dikonsumsi terlalu banyak, karena juga mengandung kolesterol tinggi.
Kemudian ada lagi, polusi yang dapat kita temui sehari-hari, contohnya asap kendaraan. Asap kendaraan sangat berbahaya, dapat menyebabkan gangguan pernapasan, dan menyebabkan meninggal. Asap kendaraan mengandung berbagai racun yang dapat meracuni mahluk hidup.
Anehnya, hal-hal berbahaya selain rokok itu tidak dilarang. Jika ini terus berlanjut, penduduk di Indonesia bisa menurun kualitas kesehatannya. Jika diskriminasi rokok terus berlanjut, Indonesia mau jadi apa?
Apalagi tindakan kita yang besar, maka akan berdampak yang lebih besar juga di kemudian hari. Termasuk tindakan diskriminasi rokok yang terjadi di Indonesia saat ini. Apakah dampak besar dari diskriminasi rokok saat ini?
   Merokok adalah sebuah kegiatan hak tersendiri, seperti kita memilih makanan, jadi kita tidak boleh melarang orang merokok.
Merokok itu adalah salah satu kegiatan untuk membela Indonesia. Andai saja seluruh orang di Indonesia tidak merokok, maka Indonesia tidak mempunya ciri khas sendiri, karena ciri khas Indonesia adalah kegiatan rokok yang bernama mengkretek. Mengkretek ini mempunyai cara tersendiri dan ciri khas tersendiri yang beda dari yang lainnya. Indonesia akan kehilangan budaya, dan Indonesia tidak akan dikagumi lagi.
Bangsa Indonesia akan mudah dijajah. Rempah-rempah di Indonesia dengan mudahnya diambil negara luar. Indonesia pun dinomorduakan. Museum kretek juga akan musnah.
Memusnahkan kegiatan merokok sama saja dapat membunuh Indonesia. Apalagi jika diskriminasi rokok demikian berlanjut, maka akan menghasilkan dampak yang lebih dahsyat dan besar daripada yang sekarang ini. Apakah itu? Mungkin Anda dapat memikirkannya.

Menghargai Para Perokok
Sebenarnya boleh saja orang membenci rokok, tetapi mereka harus menghormati para perokok. Perselisihan rokok kini bukan artinya kita harus ‘saling bermusuhan’. Biarkan saja orang merokok, kalau kita tidak suka, ya jangan didekati.
Sebelumnya, merokok adalah sebuah kegiatan hak tersendiri. Maka itu, melarang orang merokok itu sama saja tidak menghargai orang tersebut. Nah, kalau begitu, bagaimana cara menghargai para perokok?
Seharusnya, mall-mall menyediakan ruangan khusus merokok, agar orang yang tidak merokok tidak merasa terganggu. Para perokok juga akan nyaman, mereka akan merasa dihargai.
Kalau ada mall yang melarang merokok, seharusnya disediakan tempat untuk merokok juga, agar perokok bisa merasa bebas dan merasa dihargai juga. Keliru jika pihak mall melarang merokok, tapi tidak menyediakan ruang merokok. Jadi ibaratnya seperti dilarang membuang sampah sembarangan, tetapi tidak ada tempat sampah.
Kemudian, peringatan rokok, MEROKOK MEMBUNUHMU itu adalah peringatan yang dapat mencela para perokok. Ada tiga dampak negatif dari peringatan itu, yaitu:
1.      Peringatan MEROKOK MEMBUNUHMU itu berarti, seakan-akan menakut-nakuti para perokok, sehingga para perokok mungkin ada yang berhenti sebagiannya. Jadi, para buruh akan mendapat rugi. Kalau lama-lama kegiatan merokok berhenti, tanaman tembakau akan musnah. Masa’ kita mau menyalahkan Tuhan, ‘kenapa Tuhan menciptakan tanaman tembakau’. Semua yang diciptakan Tuhan pasti ada manfaatnya!!
Ditambah lagi dengan penelitian WHO, bahwa merokok adalah kegiatan mati perlahan. Mereka mengatakan bahwa merokok adalah kegiatan yang memperpendek kehidupan menjadi 12 menit. Penelitian WHO itu sudah jelas-jelas salah. Rokok tidak bisa disalahkan menjadi faktor penyakit. Kebiasaan kita sehari-hari itulah yang memengaruhi kesehatan kita.
2.      Kasihan ketika anak kecil diyakinkan oleh orangtuanya bahwa rokok itu berbahaya. Otak anak kecil belum bisa menggunakan logika, jadi mereka hanya ‘asal’ percaya pada perkataan orangtuanya. Maka, anak kecil tidak akan meneliti, rokok berbahaya atau tidak saat besarnya. Jadi, ketika mereka dikatakan, “rokok itu tidak berbahaya, kok.”, mereka akan menjawab, “lha, rokok itu berbahaya, buktinya ada peringatan ROKOK MEMBUNUHMU.”. Jadi peringatan itu akan menjadi jawaban alasan untuk orang yang tidak menyukai rokok.
3.      Peringatan MEROKOK MEMBUNUHMU dapat menimbulkan permusuhan besar. Para perokok akan merasa tidak dihargai.
Jika kita ingin dihargai, cara pertama adalah menghargai orang lain terlebih dahulu walaupun kegiatan orang lain tersebut tidak kita sukai. Merokok itu seperti choise, pilihan. Kita dapat memilih, mau merokok atau tidak. Sikap kita terhadap pilihan ya, menghargai juga.
Ibaratnya seperti orang yang memilih jawaban saat mengerjakan soal. Kita tidak akan memarahi orang tersebut jika jawabannya salah. Semua orang pasti punya pilihan, dan sikap terbaik kita itu ya, pokoknya MENGHARGAI.
“Saya memang tidak lagi menghisap rokok, tetapi bukan berarti saya harus membencinya.”

Wawancara: Para Guru Bilang......
Pendapat orang tentang rokok memang berbeda-beda, dan inilah hasil wawancara saya yang saya tujukan dari dua orang guru.
Wawancara 1
Saya                : “Bagaimana pendapat Anda tentang rokok?”
Pak Anas        : “ Sebenarnya tidak boleh.”
Saya                : “Bisa diperjelas lagi, pak?”
Pak Anas        : “Pendapat saya tentang rokok adalah bahwa dalam Surah An-Nisa ayat 29 ada perintah bahwa dilarang membunuh diri sendiri maupun orang lain. Tetapi dalam membunuh bukan berarti menusuk orang, jlep, lalu mati, tapi bisa dengan obat-obatan, narkotika, dan sebagainya.
Saya                : “Tapi seandainya jika bahan yang berbahaya tersebut dibuat menjadi sehat, apakah boleh pak, menurut Anda?”
Pak Anas        : “Boleh-boleh saja, namun juga harus diteliti pada ahli medis.
Saya                : “Jadi, jika rokok itu sehat, apakah diperbolehkan untuk dihisap, menurut Anda?”
Pak Anas        : “Yes.”
Wawancara 2
Saya                : “Apa pendapat Anda tentang rokok?”
Ust. Anita      : “Rokok itu tidak boleh, berbahaya, dapat membunuh orang, dan tidak baik untuk kesehatan. Seharusnya, di Indonesia rokok dan perokok itu ditiadakan.
Saya                : “Apa pendapat Anda tentang perokok di Indonesia?”
Ust. Anita      : “Sebenarnya para perokok termasuk korban. Para masyarakat Indonesia sebenarnya tahu tentang bahaya merokok, namun mereka hanya tidak mau tahu.”
Pendapat saya tentang wawancara 1 adalah, bahwa narasumber memang tidak menyukai rokok, namun beliau tidak membenci rokok. Sepertinya narasumber hanya tidak menyukai rokok karena menurutnya berbahaya. Narasumber juga mengatakan bahwa rokok diperbolehkan dihisap jika tidak berbahaya.
Sedangkan pada wawancara kedua, baru saja saya lontarkan pertanyaan, beliau langsung menjawab dengan gaya bahasa yang bermakna ‘membenci rokok’. Narasumber berkata bahwa sebaiknya rokok di Indonesia ditiadakan.
Ditiadakan? Padahal, rokok pertama kali dibuat di Indonesia. Rokok adalah warisan budaya Indonesia, bagaimana kita meniadakannya? Para buruh juga akan rugi, padahal rokok adalah barang dagangan terbesar di dunia.
Rokok menghidupi orang-orang. Rokok dapat menciptakan jutaan lapangan perkerjaan, menggerakkan perekonomian nasional, dan sumber pendapatan bagi negara melalui cukai dan pajak. (Dikutip dari Buku KRETEK KEMANDIRIAN dan KEDAULATAN BANGSA INDONESIA, dengan sedikit perubahan).
Jadi, kita tidak bisa meniadakannya begitu saja. Rokok bukanlah sekedar gulungan kertas yang berisi tembakau. Sebatang rokok ini adalah jiwa Indonesia.
Rokok. Rokok dapat menambah keakraban. Di warung-warung dan pedesaan, tidak lepas yang namanya merokok. Coba Anda lihat di warung-warung pinggir jalan, banyak bapak-bapak yang berbincang santai dengan mengopi serta rokok.
Smoking in Cafe Patron Paris
Bagaimana bisa kita menuruti perintah untuk tidak merokok jika kita harus mengorbankan teman kita? Rokok, walaupun kecil, tidak patut untuk kita anggap remeh. Jadi sebagai warga Indonesia, kita diharuskan untuk memajukan industri rokok, bukan malah mematikannya.

“Orang yang meninggalkan perintah itu adalah sampah. Namun, orang yang meninggalkan temannya karena perintah, itu lebih buruk dari sampah. Mengapa kita berhenti merokok jika hal itu menambah keakraban?”
-Tsaqiva Kinasih Gusti-



-        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi...