Siapa Bilang Rokok Berbahaya?
-Tsaqiva
Kinasih Gusti-
(Pelajar kelas VI, SDIT Yaummi Fatimah –
Kudus / Th 2014)
Kata
Pengantar
Kebanyakan dokter akan berfikiran aneh
ketika mendengar adanya rokok sehat, bahkan rokok tersebut dapat menyembuhkan berbagai
penyakit. Mungkin Anda juga berfikiran sama. Padahal kita
juga tahu bahwa terdapat peringatan di tiap bungkus rokok yang tertulis: MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN
JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN. Namun, sekarang peringatan
itu telah diganti menjadi kata yang lebih singkat dan tajam: MEROKOK MEMBUNUHMU.
Kita dapat memahami dari peringatan itu
bahwa pemerintah memang tegas melarang. Pemerintah melakukan itu untuk menjaga
kesehatan masyarakat. Dan kita juga paham, peringatan itu dibuat tidak
main-main. Maka itu, semakin mustahil-lah ketika kita mendengar adanya rokok
sehat.
Namun kita ketahui, IPA bukanlah ilmu
pasti. Semakin hari, teknologi semakin maju, dan pasti ada penemuan-penemuan
baru. Termasuk juga jalan pengobatan, pasti juga akan berubah.
Maka itu, suatu hari dua orang bernama
Prof. Sutiman dan Dr. Gretha berusaha mencari ‘sesuatu’ yang dapat menyembuhkan
berbagai penyakit. Kedua penemu itu menerapkannya pada sebatang rokok yang
dinamai ‘Rokok Divine Kretek’.
Pada tahun 2006, datanglah seorang
dokter ke terapi balur. Terapi balur adalah terapi pengobatan yang menggunakan
Rokok Divine Kretek. Beliau bernama Dr. Subagjo. Dokter ini terkena penyakit
kanker kelenjar getah bening. Kanker memang bisa mengenai siapa saja, tidak
peduli apakah itu orang miskin, orang kaya, pejabat, guru-guru, karyawan,
semuanya bisa terkena penyakit kanker.
Awalnya, Dr. Subagjo sangat ragu saat
akan memulai terapi balur yang menggunakan rokok ini, karena sebagai dokter,
dia tahu bahwa rokok itu tidak baik untuk kesehatan. Namun, tak ada pilihan
lain. Sebelumnya beliau sudah menjalani kemoterapi, dan hasilnya malah tambah
parah.
Setelah Dr. Subagjo menjalani terapi
balur, benjolan di bawah rahangnya sudah menghilang. Beliau juga semakin
membaik, dan akhirnya sembuh.
Mungkin Anda bertanya, ‘bagaimana rokok
ini bisa menyehatkan? Bukannya rokok itu tidak sehat?’. Maka itu, saya menulis
artikel ini. Di dalam artikel ini, saya menjelaskan, mengapa bisa rokok buatan
Prof. Sutiman dan Dr. Gretha ini dapat menyembuhkan penyakit.
Saya juga menjelaskan, bahwa rokok itu
tidak patut dimusuhi. Justru kita harus bangga dengan rokok buatan Indonesia
ini. Dapat kita ketahui, bahwa Eropa menjajah kita karena Indonesia kaya akan
penghasilan rempah-rempah, termasuk rokok.
Atas pembuatan artikel singkat ini,
ucapan terimakasih saya tuturkan pada: Ayah dan ibu saya, yang telah menyemangati
saya dalam membuat artikel ini. Karena mereka, Alhamdulillah artikel ini
selesai. Kemudian kepada para pembalur-pembalur yang sudah memberi saya ilmu
tentang kesehatan, dan juga untuk Pak Yohanes Keceng, Pak Dokter Toni serta
Dokter Vernita. Saya tuturkan juga terimakasih untuk Dr. Gretha dan Prof.
Sutiman, tim-tim yang bergerak dalam bidang rokok dan teman-teman saya yang
mengkonsumsi rokok.
Dan yang terakhir, untuk para pembaca
serta para perokok. Saya menghargai para perokok karena mereka telah menunjukkan
cinta dan kesetiaan mereka pada Indonesia.
Saya berharap, setelah Anda membaca
artikel ini, rokok tidak lagi dimusuhi, dan rokok sehat itu tidak akan
terdengar aneh di telinga Anda.
Saya rasa kata pengantar ini cukup
sampai di sini. Selamat membaca!!
SEMANGAT INDONESIA!!!
Penulis,
Tsaqiva Kinasih Gusti
Jum’at, 13 Juni 2014
Pembukaan : Apa Itu Rokok?...
Apa itu rokok? Rokok adalah sebuah
gulungan kertas berisi daun tembakau dan cengkeh yang telah diolah. Orang-orang
sering mengkonsumsinya, pertama-tama mereka membakar ujung rokok sambil
menghisapnya sampai menyala. Kemudian mereka menghisapnya, sampai habis.
Mengapa ada rokok? Rokok adalah penemuan
seorang dari Kudus bernama Haji Djamhari. Ceritanya, Haji Djamhari terkena
penyakit bengek. Kemudian, beliau mengoleskan minyak cengkeh sebagai langkah
pengobatan.
Setelah Haji Djamhari mengoleskan minyak
cengkeh, penyakit bengeknya mulai membaik. Kemudian Haji Djamhari berfikir,
bagaimana cara memakai obat ini dengan lebih mudah? Akhirnya beliau memotong
cengkeh menjadi bagian kecil-kecil dan dicampurnya dengan racikan tembakau.
Setelah itu, dimasukkan di daun jagung,
digulung, diikat, dibakar dan dihisap. Setelah kejadian itu, Haji Djamhari
memberitahu kepada orang-orang tentang penemuannya. Rokok ini dinamakan rokok
kretek. Mengapa?
Saat dibakar dan dihisap, rokok kretek
ini akan berbunyi kretek... kretek... kretek..... maka itu dinamai rokok
kretek.
Ada seluk-beluk pengolahan cengkeh. Ada
3 cara, yaitu panen, patah dan penjemuran.
1.
PANEN
Para petani akan memetik cengkeh
(bagugur) dengan memutus gagang tepat di bagian terakhir daun.
2.
PATAH
Pemetik cengkeh maupun keluarga petani
akan berkumpul dalam satu lingkaran untuk patah cengkeh (bapata). Segera
setelah proses panen dilakukan, maka sore harinya berlangsung patah cengkeh.
Jika terlalu lama ditimbun membuat cengkeh dan gagang sulit dipisahkan.
3.
PENJEMURAN
Kuncup cengkeh dijemur (bajemur) di
bawah terik matahari, sampai berwarna merah kecokelat-cokelatan. Proses ini
memerlukan waktu sekitar empat hari. Bila panen datang saat musim hujan,
cengkeh perlu perawatan ekstra supaya tak rusak diserang jamur. Para petani
menyiasatinya dengan menutup cengkeh yang sedang di jemur dengan plastik atau
mengeringkannya dengan cara pengasapan.
(Dikutip dari Buku KRETEK KEMANDIRIAN
dan KEDAULATAN BANGSA INDONESIA, hal. 57).
Sampai sekarang, rokok masih dihisap di
berbagai penjuru dunia. Tapi, pemerintah melarang untuk merokok. Mereka
berkata, rokok berbahaya. Apa yang membuat rokok berbahaya? Apakah benar rokok
berbahaya? Adakah rokok sehat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit? Dan
berbagai pertanyaan lainnya, semuanya terangkum di artikel ini.
Rokok
Engkaulah warisan tanah air
Yang dibiarkan dan diabaikan
Dirimu yang kecil menyimpan banyak
kisah
Yang orang lain tak mengetahui
Engkau bagaikan perisai
Yang menjaga kelestarian bangsa
Tanpa dirimu, apalah arti Indonesia
Chaos Teory, the Butterfly Effect
Pernah
membaca buku berjudul The Power of
Hijaber Cantik dan Sehat dengan Berhijab, karya Tauhid Nur Azhar? Di
dalamnya terdapat paragraf yang berisi tentang Chaos Teory, The Butterfly Effect. Teori ini diperkenalkan oleh James
Gleick.
Teori
ini berbunyi, “seekor kupu-kupu yang hari ini mengepakkan udara dengan sayapnya
di Beijing dapat menyebabkan badai tornado di New York tahun depan.” Apa
artinya? Artinya, sekecil apapun tindakan kita sekarang pasti akan berdampak
besar di kemudian hari.
Sebelumnya,
kita pahami dulu, apa itu diskriminasi rokok. Rokok adalah benda yang terlihat
‘diacuhkan’ dan ‘dinomorduakan’. Rokok telah diakui berbahaya dan bahkan dapat
membunuh. Namun, mengapa hanya rokok yang diakui berbahaya?
Padahal,
juga ada benda lain yang lebih berbahaya, contohnya makanan-makanan berlemak
tinggi atau bisa disebut junk food. Junk food dapat menyebabkan kanker serta
obesitas, dan sangat tidak baik jika dikonsumsi terlalu banyak, karena juga
mengandung kolesterol tinggi.
Kemudian
ada lagi, polusi yang dapat kita temui sehari-hari, contohnya asap kendaraan.
Asap kendaraan sangat berbahaya, dapat menyebabkan gangguan pernapasan, dan
menyebabkan meninggal. Asap kendaraan mengandung berbagai racun yang dapat
meracuni mahluk hidup.
Anehnya,
hal-hal berbahaya selain rokok itu tidak dilarang. Jika ini terus berlanjut,
penduduk di Indonesia bisa menurun kualitas kesehatannya. Jika diskriminasi
rokok terus berlanjut, Indonesia mau jadi apa?
Apalagi
tindakan kita yang besar, maka akan berdampak yang lebih besar juga di kemudian
hari. Termasuk tindakan diskriminasi rokok yang terjadi di Indonesia saat ini.
Apakah dampak besar dari diskriminasi rokok saat ini?
Merokok itu adalah salah satu kegiatan untuk membela Indonesia. Andai saja seluruh orang di Indonesia tidak merokok, maka Indonesia tidak mempunya ciri khas sendiri, karena ciri khas Indonesia adalah kegiatan rokok yang bernama mengkretek. Mengkretek ini mempunyai cara tersendiri dan ciri khas tersendiri yang beda dari yang lainnya. Indonesia akan kehilangan budaya, dan Indonesia tidak akan dikagumi lagi.
Bangsa
Indonesia akan mudah dijajah. Rempah-rempah di Indonesia dengan mudahnya
diambil negara luar. Indonesia pun dinomorduakan. Museum kretek juga akan
musnah.
Memusnahkan
kegiatan merokok sama saja dapat membunuh Indonesia. Apalagi jika diskriminasi
rokok demikian berlanjut, maka akan menghasilkan dampak yang lebih dahsyat dan
besar daripada yang sekarang ini. Apakah itu? Mungkin Anda dapat memikirkannya.
Menghargai
Para Perokok
Sebenarnya
boleh saja orang membenci rokok, tetapi mereka harus menghormati para perokok.
Perselisihan rokok kini bukan artinya kita harus ‘saling bermusuhan’. Biarkan
saja orang merokok, kalau kita tidak suka, ya jangan didekati.
Sebelumnya,
merokok adalah sebuah kegiatan hak tersendiri. Maka itu, melarang orang merokok
itu sama saja tidak menghargai orang tersebut. Nah, kalau begitu, bagaimana
cara menghargai para perokok?
Seharusnya,
mall-mall menyediakan ruangan khusus
merokok, agar orang yang tidak merokok tidak merasa terganggu. Para perokok
juga akan nyaman, mereka akan merasa dihargai.
Kalau
ada mall yang melarang merokok,
seharusnya disediakan tempat untuk merokok juga, agar perokok bisa merasa bebas
dan merasa dihargai juga. Keliru jika pihak mall melarang merokok, tapi tidak
menyediakan ruang merokok. Jadi ibaratnya seperti dilarang membuang sampah
sembarangan, tetapi tidak ada tempat sampah.
Kemudian,
peringatan rokok, MEROKOK MEMBUNUHMU
itu adalah peringatan yang dapat mencela para perokok. Ada tiga dampak negatif
dari peringatan itu, yaitu:
1. Peringatan
MEROKOK MEMBUNUHMU itu berarti,
seakan-akan menakut-nakuti para perokok, sehingga para perokok mungkin ada yang
berhenti sebagiannya. Jadi, para buruh akan mendapat rugi. Kalau lama-lama
kegiatan merokok berhenti, tanaman tembakau akan musnah. Masa’ kita mau
menyalahkan Tuhan, ‘kenapa Tuhan menciptakan tanaman tembakau’. Semua yang
diciptakan Tuhan pasti ada manfaatnya!!
Ditambah lagi dengan penelitian WHO,
bahwa merokok adalah kegiatan mati perlahan. Mereka mengatakan bahwa merokok
adalah kegiatan yang memperpendek kehidupan menjadi 12 menit. Penelitian WHO
itu sudah jelas-jelas salah. Rokok tidak bisa disalahkan menjadi faktor
penyakit. Kebiasaan kita sehari-hari itulah yang memengaruhi kesehatan kita.
2. Kasihan
ketika anak kecil diyakinkan oleh orangtuanya bahwa rokok itu berbahaya. Otak
anak kecil belum bisa menggunakan logika, jadi mereka hanya ‘asal’ percaya pada
perkataan orangtuanya. Maka, anak kecil tidak akan meneliti, rokok berbahaya
atau tidak saat besarnya. Jadi, ketika mereka dikatakan, “rokok itu tidak
berbahaya, kok.”, mereka akan menjawab, “lha, rokok itu berbahaya, buktinya ada
peringatan ROKOK MEMBUNUHMU.”. Jadi
peringatan itu akan menjadi jawaban alasan untuk orang yang tidak menyukai
rokok.
3. Peringatan
MEROKOK MEMBUNUHMU dapat menimbulkan
permusuhan besar. Para perokok akan merasa tidak dihargai.
Jika
kita ingin dihargai, cara pertama adalah menghargai orang lain terlebih dahulu
walaupun kegiatan orang lain tersebut tidak kita sukai. Merokok itu seperti choise, pilihan. Kita dapat memilih, mau
merokok atau tidak. Sikap kita terhadap pilihan ya, menghargai juga.
Ibaratnya
seperti orang yang memilih jawaban saat mengerjakan soal. Kita tidak akan
memarahi orang tersebut jika jawabannya salah. Semua orang pasti punya pilihan,
dan sikap terbaik kita itu ya, pokoknya MENGHARGAI.
“Saya
memang tidak lagi menghisap rokok, tetapi bukan berarti saya harus
membencinya.”
Wawancara:
Para Guru Bilang......
Pendapat
orang tentang rokok memang berbeda-beda, dan inilah hasil wawancara saya yang
saya tujukan dari dua orang guru.
Wawancara
1
Saya :
“Bagaimana pendapat Anda tentang rokok?”
Pak Anas :
“ Sebenarnya tidak boleh.”
Saya :
“Bisa diperjelas lagi, pak?”
Pak Anas :
“Pendapat saya tentang rokok adalah bahwa dalam Surah An-Nisa ayat 29 ada
perintah bahwa dilarang membunuh diri sendiri maupun orang lain. Tetapi dalam
membunuh bukan berarti menusuk orang, jlep, lalu mati, tapi bisa dengan
obat-obatan, narkotika, dan sebagainya.
Saya :
“Tapi seandainya jika bahan yang berbahaya tersebut dibuat menjadi sehat,
apakah boleh pak, menurut Anda?”
Pak Anas :
“Boleh-boleh saja, namun juga harus diteliti pada ahli medis.
Saya :
“Jadi, jika rokok itu sehat, apakah diperbolehkan untuk dihisap, menurut Anda?”
Pak
Anas : “Yes.”
Wawancara
2
Saya :
“Apa pendapat Anda tentang rokok?”
Ust. Anita : “Rokok itu tidak boleh, berbahaya, dapat membunuh orang, dan
tidak baik untuk kesehatan. Seharusnya, di Indonesia rokok dan perokok itu
ditiadakan.
Saya :
“Apa pendapat Anda tentang perokok di Indonesia?”
Ust. Anita : “Sebenarnya para perokok termasuk korban. Para masyarakat
Indonesia sebenarnya tahu tentang bahaya merokok, namun mereka hanya tidak mau
tahu.”
Pendapat saya tentang wawancara 1
adalah, bahwa narasumber memang tidak menyukai rokok, namun beliau tidak
membenci rokok. Sepertinya narasumber hanya tidak menyukai rokok karena
menurutnya berbahaya. Narasumber juga mengatakan bahwa rokok diperbolehkan
dihisap jika tidak berbahaya.
Sedangkan pada wawancara kedua, baru
saja saya lontarkan pertanyaan, beliau langsung menjawab dengan gaya bahasa yang
bermakna ‘membenci rokok’. Narasumber berkata bahwa sebaiknya rokok di
Indonesia ditiadakan.
Ditiadakan? Padahal, rokok pertama kali
dibuat di Indonesia. Rokok adalah warisan budaya Indonesia, bagaimana kita
meniadakannya? Para buruh juga akan rugi, padahal rokok adalah barang dagangan
terbesar di dunia.
Rokok menghidupi orang-orang. Rokok
dapat menciptakan jutaan lapangan perkerjaan, menggerakkan perekonomian
nasional, dan sumber pendapatan bagi negara melalui cukai dan pajak. (Dikutip
dari Buku KRETEK KEMANDIRIAN dan KEDAULATAN BANGSA INDONESIA, dengan sedikit
perubahan).
Jadi, kita tidak bisa meniadakannya
begitu saja. Rokok bukanlah sekedar gulungan kertas yang berisi tembakau.
Sebatang rokok ini adalah jiwa Indonesia.
Rokok. Rokok dapat menambah keakraban.
Di warung-warung dan pedesaan, tidak lepas yang namanya merokok. Coba Anda
lihat di warung-warung pinggir jalan, banyak bapak-bapak yang berbincang santai
dengan mengopi serta rokok.
Smoking in Cafe Patron Paris
Bagaimana bisa kita menuruti perintah
untuk tidak merokok jika kita harus mengorbankan teman kita? Rokok, walaupun
kecil, tidak patut untuk kita anggap remeh. Jadi sebagai warga Indonesia, kita
diharuskan untuk memajukan industri rokok, bukan malah mematikannya.
“Orang yang meninggalkan perintah
itu adalah sampah. Namun, orang yang meninggalkan temannya karena perintah, itu
lebih buruk dari sampah. Mengapa kita berhenti merokok jika hal itu menambah
keakraban?”
-Tsaqiva Kinasih Gusti-
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari berdiskusi...